SEMARANG – Saat ini kebijakan Kurikulum Merdeka tengah mendapatkan atensi luas dari masyarakat. Kurikulum Merdeka digadang-gadang oleh pemerintah sebagai solusi untuk melakukan pemulihan dan akselerasi pendidikan pascapandemi virus corona.
Pandemi virus corona menyebabkan berkurangnya pengetahuan dan keterampilan secara akademis atau learning loss selama lebih dari 2 tahun. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) memiliki dua program untuk menerapkan kebijakan Kurikulum Merdeka pada satuan pendidikan. Pertama, melalui Program Sekolah Penggerak. Kedua, melalui implementasi Kurikulum Merdeka secara mandiri.
Sekolah Menengah Atas (SMA) Islam Al Azhar 14 menjadi satu di antara sekolah penggerak yang berhasil ditetapkan sebagai pelaksana program sekolah penggerak angkatan 3 melalui Keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Ditjen PAUD Dikdasmen) Nomor 7883/C/HK.03.01/2022. Penetapan Sekolah Penggerak angkatan 3 bukan melalui mekanisme penunjukan, melainkan berdasarkan proses seleksi yang dilakukan kepada kepala sekolah. Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala SMA Islam Al Azhar 14, Arie Hendrawan, S.Pd., M.Sos., pada Tribun Jateng, Jumat (12/8/2022) di SMA Al Azhar 14 Semarang.
“Setidaknya ada dua tahap seleksi yang dilakukan untuk lolos menjadi sekolah penggerak, yaitu seleksi tahap 1 berupa portofolio diri dan esai, kemudian seleksi tahap 2 meliputi simulasi mengajar dan wawancara,” terangnya. Di Kota Semarang sendiri, hanya ada dua SMA yang berhasil lolos Program Sekolah Penggerak angkatan 3, yakni SMAN 13 Semarang dan SMA Islam Al Azhar 14. Kendati demikian, Arie, M.Sos., menyatakan pada periode sebelumnya yakni pada angkatan 2, terdapat 5 SMA di Kota Semarang yang menjadi Sekolah Penggerak, yakni SMA Negeri 1 Semarang, SMA Negeri 3 Semarang, SMA Negeri 5 Semarang, SMA Masehi 2 PSAK, dan SMA Daniel Creative. “Sekolah Penggerak adalah katalis untuk mewujudkan visi pendidikan Indonesia menuju Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya Pelajar Pancasila,” tambahnya.
Ia juga menjelaskan, sekolah penggerak berfokus pada pengembangan hasil belajar siswa secara holistik dengan mewujudkan Profil Pelajar Pancasila. Terdapat lima intervensi bagi sekolah penggerak, yakni pendampingan konsultatif dan asimetris, penguatan sumber daya manusia di sekolah, pembelajaran paradigma baru, perencanaan berbasis data, dan digitalisasi sekolah. Kelima intervensi tersebut dilakukan dengan pendampingan intensif oleh pelatih ahli dari Kemendikburistek.
Ketika ditanya harapannya kepada sekolah setelah terpilih sebagai Sekolah Penggerak, Arie, M.Sos., menyampaikan pihaknya berharap dapat mengaktualisasikan pembelajaran paradigma baru. “Kami berharap dapat mengaktualisasikan pembelajaran paradigma baru yang sesuai dengan Kurikulum Merdeka. Tidak terjebak hanya pada perubahan nama kurikulum, tetapi harus menyentuh esensi perubahan kurikulum itu sendiri,” pungkasnya.