SEMARANG, suaramerdeka.com – Beragam karya ilmiah siswa SMAI Al Azhar 14 Semarang, ditampilkan dalam Gelar Karya Festival Riset, di Gor sekolah setempat, Selasa (14/6). Ada sekitar 23 karya ilmiah hasil penelitian siswa kelas X dan XI. Mereka mengangkat beragam tema kehidupan, mulai dari pranata sosial hingga penerapan teknologi tepat guna.
“Dengan kegiatan ini kami ingin mengembangkan ekosistem riset dan ilmiah di sekolah. Ini sesuai dengan budaya dan branding sekolah, yakni SMA Islam Al-Azhar 14 BERSINAR (bertaqwa, beradab, berprestasi, berwawasan global, dan berbasis riset)” kata Kepala SMAI Al Azhar 14 Semarang, Arie Hendrawan.
Festival bertajuk Menjadi Periset Andal Berdaya Saing Global” itu, menurut dia, sudah melalui proses panjang. Sedangkan kelas 11 mendapatkan workshop karya tulis ilmiah. Kemudian, kata Arie, pada awal semester kedua ada kick off dan dilakukan sosialisasi festival sekaligus pembagian guru pembimbing serta kelompok untuk dilakukan pembimbingan secara intensif.
“Setelah melakukan riset, mereka menyusun laporan karya penelitian tertulis. Kemudian hasilnya ditampilkan melalui poster dalam bentuk banner dan video presentasi yang diunggah melalui YouTube sekolah. Hasil ini dilombakan dari aspek like dan komen terbanyak,” katanya.
Arie menjelaskan, di antara hasil riset yang dilakukan siswa yaitu mengangkat sosok tukang becak. Kemudian isu terkini terkait harga minyak goreng, perjuangan seorang ojek online. Selanjutnya, kata dia, ada kelompok siswa yang menghasilkan karya penelitian mengenai manfaat kulit pisang untuk pupuk cair bagi tanaman aglonema. Selain itu, ada sabun cair yang diolah dari perpaduan minyak jelantah dan kulit durian.
“Para siswa yang dibimbing oleh guru ini, menunjukkan bahwa topik riset itu adalah yang membumi, dekat dengan kehidupan kita. Jadi tidak harus topik yang sulit, namun yang penting anak-anak bisa menangkap esensinya,” terang dia.
Maka ia berharap, hasil karya anak-anak kelas 10 dalam bentuk feature dan kelas 11 dalam karya tulis ilmiah tersebut, dapat dijadikan sebagai sebuah karya antologi. “Kami mendorong anak-anak untuk mengikutsertakan ide dan karya mereka dalam berbagai ajang kompetisi yang terkait dengan riset,” katanya.
Dari hasil riset itu, Arie sangat bangga kepada siswa dan guru pendamping yang telah menelurkan karya luar biasa. Sehingga, pihaknya akan menjadikan acara yang pertama kali digelar itu, sebagai agenda rutin. “Saya sangat mengapresiasi semangat dan kerja keras anak-anak. Ini membuktikan bahwa mereka sangat kreatif dan mampu menyelesaikan tantangan festival riset ini,” katanya.